BAB I
PENDAHULUAN
Proses belajar merupakan suatu proses yang
berkesinambungan dalam
membentuk sumber daya manusia yang tangguh. Sejak bayi dilahirkan, ia sudah mulai dengan proses belajarnya yang pertama yaitu, belajar untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia. Hal ini akan berjalan terus sampai anak masuk sekolah dan proses pembelajaran formal mulai diterapkan pada dirinya.
membentuk sumber daya manusia yang tangguh. Sejak bayi dilahirkan, ia sudah mulai dengan proses belajarnya yang pertama yaitu, belajar untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia. Hal ini akan berjalan terus sampai anak masuk sekolah dan proses pembelajaran formal mulai diterapkan pada dirinya.
Pada saat ini, seorang anak perlu dirangsang untuk
mengembangkan rasa cinta akan belajar, kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik
dan rasa diri sebagai pelajar yang sukses. Namun demikian, proses pembelajaran
tidak selalu berjalan mulus hanya dengan faktor di atas. Kesulitan / Gangguan
belajar ( Learning Disorders ) merupakan suatu kesulitan / gangguan belajar
pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan
antara taraf intelengensi seorang anak dengan kemampuan akademik yang
seharusnya sudah dapat dicapai oleh anak seusianya.
Hal ini merupakan masalah, baik di sekolah maupun di
rumah. Oleh karena, gangguan / kesulitan belajar yang tidak ditangani dengan
baik akan menimbulkan berbagai bentuk gangguan emosional/psikiatrik yang akan
berdampak lebih buruk lagi bagi perkembangan kualitas hidup anak dikemudian
hari. Dengan demikian kepekaan orang tua dan guru kelas sangatlah membantu
dalam deteksi dini kesulitan belajar, sehingga anak dapat memperoleh penanganan
sedini dan seoptimal mungkin dari tenaga professional sebelum semuanya menjadi
terlambat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kesulitan
Belajar
Gangguan kesulitan belajar (learning
disabilities/ LD) merupakan salah satu permasalahan yang banyak ditemui dalam
dunia pendidikan. LD menyangkut ketidak mampuan siswa untuk menyelesaikan
tugas-tugas akademiknya secara tepat. LD adalah kondisi yang dialami siswa
berkait dengan adanya hambatan, keterlambatan dan ketertinggalan dalam
kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
Siswa yang berkesulitan belajar
adalah siswa yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik
khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses
psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga presatsi belajarnya rendah
dan anak beresiko tinggi tinggal kelas (Yusuf, M, 2003).
B. Mengenali Kesulitan Belajar Anak
Sejak Dini
Anak yang mengalami kesulitan belajar
adalah anak yang memiliki ganguan satu atau
lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan
atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan
yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis,
mengeja atau menghitung.
Batasan tersebut meliputi
kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, diseleksia dan
afasia perkembangan. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan
dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
belajarnya dengan lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi
lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai
kesulitan.
Kesulitan belajar siswa mencakup
pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning
disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning
diasbilities. Di bawah ini akan dijelaskan dari masing-masing pengertian
tersebut.
- Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
- Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
- Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
- Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
- Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Ketidak mampuan dalam belajar tidak
dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami
masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena
factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga
disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ yang
tingi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang
ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. [1]
Masalah kesulitan belajar ini,
tentunya disebabkan oleh berbagai factor. Untuk memberikan suatu bantuan kepada
anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih
dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar. [2]
Faktor penghambat dalam belajar dapat
digolongkan menjadi empat macam, seperti yang dikemukan Oemar Hamalik dalam
bukunya Metode Belajar dan Kesulitan Belajar (1982:83) yaitu :
1. Faktor-faktor yang bersumber dari diri anak adalah
sebagai berikut :
a. Kesehatan yang sering terganggu
b. Kecakapan mengikuti pelajaran
c. Kebiasaan belajar
d. Kurangnya penguasaan bahasa
2. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah
:
a. Cara memberikan pelajaran
b. Kurangnya bahan-bahan bacaan
c. Bahan pelajaran tidak sesuai dengan
kemampuan
d. Penyelenggaraan pengajaran terlalu padat
3. Faktor-faktor yang bersumber dari
lingkungan keluarga :
a. Masalah broken home
b. Rindu kampung
c. Bertamu dan menerima tamu
d. Kurangnya kontrol orang tua.
4. Faktor yang bersumber dari lingkungan
masyarakat :
a. Gangguan dari jenis kelamin lain
b. Bekerja disamping belajar di sekolah
c. Aktif berorganisasi
d. Tidak dapat membagi waktu, rekreasi dan
waktu senggang
e. Tidak mempunyai teman belajar [3]
Berdasarkan pendapat di atas tugas guru / pendidik maupun
penyuluh pendidikan sesungguhnya sangatlah berat. Guru / pendidik dituntut
mempunyai sikap sabar dalam memahami latar belakang siswa, dapat menggunakan
pendekatan yang efektif dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan belajar serta
tidak bertindak gegabah. Sebab apabila salah dalam membantu memecahkan masalah
siswa, kemungkinan siswa akan mengalami kesulitan yang lebih besar dari yang
semula. Tugas ini tidak mudah dilaksanakan oleh seorang guru / pendidik karena
penyebab kesulitan belajar yang dihadapi para siswa itu sangat beraneka ragam,
sehingga sulit dipahami secara sempurna. Dan, usaha pemecahan kesulitan belajar
yang dilakukan dan berhasil untuk seorang siswa, belum tentu berhasil pada
siswa yang lain.
Beberapa
ciri tingkah laku kesulitan belajar:
- Menunjukkan hasil belajar yang rendah.
- Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
- Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.
- Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, suka menentang, dusta
- Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti suka membolos, tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
- Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti perenung, rendah diri, sedih, menyesal, pemarah, mudah tersinggung dsb.
Pada dasarnya seorang anak memiliki 4
masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yaitu:
1.
Out of Law / Tidak taat aturan
(seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb)
2.
Bad Habit / Kebiasaan jelek
(misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)
3.
Maladjustment / Penyimpangan
perilaku
4.
Pause Playing Delay / Masa
bermain yang tertunda[4]
C. Mengatasi Kesulitan Belajar
Tiap siswa tentu memiliki
keinginan supaya dalam belajar dapat berhasil sebaik-baiknya. Tidak ada yang
mengharapkan kegagalan dalam belajar. Kegagalan akan menimbulkan kekecewaan,
malas belajar, rendah diri atau bahkan mungkin dapat mempengaruhi jiwanya.
Demikian juga harapan
guru/pengajar sebagai pendidik dan pengajar menghendaki siswanya berhasil
belajar dengan baik tanpa mengalami hambatan. Dalam buku Diagnosa dan
Pemecahan Kesulitan Belajar oleh Suparno, S. dan Koestoer, H.
Partowisastro. (1986:54) dikatakan bahwa salah satu tugas paling sulit bagi
guru/pengajar dan penyuluh pendidikan ialah mengadakan diagnosis dan membantu
memecahkan kesulitan belajar yang dihadapi siswa. [5]
Berikut langkah – langkah
yang dapat ditempuh guru dalam melakukan diagnosa pada anak yang mengalami
kesulitan belajar :[6]
- Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran
- Memeriksa pengelihatan dan pendengaran siswa khususnya yang di duga mengalami kesulitan belajar
- Mewawancarai orang tua aau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menemui kesulitan belajar
- Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa
- Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya pada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Kesimpulan
Siswa yang berkesulitan belajar adalah kondisi yang
dialami siswa berkait dengan adanya hambatan, keterlambatan dan ketertinggalan
dalam kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas,
diantaranya :
(a) learning disorder;
(b) learning disfunction;
(c) underachiever;
(d) slow learner, dan
(e) learning diasbilities.
Masalah kesulitan belajar disebabkan oleh berbagai
factor. Faktor penghambat dalam belajar dapat digolongkan menjadi empat macam :
1. Faktor-faktor yang bersumber dari diri anak
2. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah
3. Faktor-faktor yang bersumber dari
lingkungan keluarga
4. Faktor yang bersumber dari lingkungan
masyarakat
Beberapa ciri tingkah
laku kesulitan belajar:
a.
Menunjukkan hasil belajar yang
rendah.
b.
Hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilakukan.
c.
Lambat dalam melakukan
tugas-tugas kegiatan belajar.
d.
Menunjukkan sikap yang kurang
wajar, seperti acuh tak acuh, suka menentang, dusta
e.
Menunjukkan tingkah laku yang
berlainan, seperti suka membolos, tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
f.
Menunjukkan gejala emosional
yang kurang wajar, seperti perenung, rendah diri, sedih, menyesal, pemarah,
mudah tersinggung dsb.
Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang
tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yaitu:
1.
Out of Law / Tidak taat aturan
(seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb)
2.
Bad Habit / Kebiasaan jelek
(misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)
3.
Maladjustment / Penyimpangan
perilaku
4.
Pause Playing Delay / Masa
bermain yang tertunda
Langkah – langkah yang dapat ditempuh guru untuk
mengatasi kesulitan belajar :
1.
Melakukan observasi kelas untuk
melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran
2.
Memeriksa pengelihatan dan
pendengaran siswa khususnya yang di duga mengalami kesulitan belajar
3.
Mewawancarai orang tua aau wali
siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menemui kesulitan
belajar
4.
Memberikan tes diagnostic
bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang
dialami siswa
5.
Memberikan tes kemampuan
intelegensi (IQ) khususnya pada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmadi, Abu & Widodo,
Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta
: Rineka Cipta
2. Syah, Muhibbin.2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
3. http://e-edukasi.net /2010/04/kenali-kesulitan-belajar-anak-sejakdini.html
5.http://lidyadudutz.blogspot.com/2010/04/seluk-beluk-kesulitan-belajar-pada-
anak.html
[1] http://lidyadudutz.blogspot.com/2010/04/seluk-beluk-kesulitan-belajar-pada-anak.html
[2] Ahmadi, Abu & Widodo, Supriyono. 2004.
Psikologi Belajar. Jakarta
: Rineka Cipta
[4] http://e-edukasi.net /2010/04/kenali-kesulitan-belajar-anak-sejakdini.html
[5] http://file.upi.edu/Direktori/A/20PEND/20LUA/20SEKOLAH/0PURWASASMITA/05-mudassir-43-531.pdf
[6] Syah, Muhibbin.2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Related Post:
Widget by [ Iptek-4u ]
0 komentar:
Posting Komentar